Mengenai Saya

Sabtu, 19 Desember 2009

Analisis Tawuran Pelajar di Indonesia

I. PENDAHULUAN

Tawuran antar pelajar merupakan fenomena sosial yang sudah dianggap lumrah oleh masyarakat di Indonesia. Bahkan ada sebuah pendapat yang menganggap bahwa tawuran merupakan salah satu kegiatan rutin dari pelajar yang menginjak usia remaja. Tawuran antar pelajar sering terjadi di kota-kota besar yang seharusnya memiliki masyarakat dengan peradaban yang lebih maju.

Para pelajar remaja yang sering melakukan aksi tawuran tersebut lebih senang melakukan perkelahian di luar sekolah daripada masuk kelas pada kegiatan belajar mengajar. Tawuran tersebut telah menjadi kegiatan yang turun temurun pada sekolah tersebut. Sehingga tidak heran apabila ada yang berpendapat bahw tawuran sudah membudaya atau sudah menjadi tradisi pada sekolah tertentu.

Kerugian yang disebabkan oleh tawuran tidak hanya menimpa korban dari tawuran saja, tetapi juga mengakibatkan kerusakan di tempat mereka melakukan aksi tersebut. Tentunya kebanyakan dari para pelaku tawuran tidak mau bertanggung jawab atas kerusakan yang mereka timbulkan. Biasanya mereka hanya lari setelah puas melakukan tawuran. Akibatnya masyarakat menjadi resah terhadap kegiatan pelajar remaja.

Keresahan tersebut sendiri merupakan kerugian dari tawuran yang bersifat psikis. Keresahan ini akan menimbulkan rasa tidak percaya terhadap generasi muda yang seharusnya menjadi agen perubahan bangsa. Dari segi politik, hal tersebut dimanfaatkan oleh para pemegang otoritas untuk melanggengkan status quo-nya. Mereka memanfaatkannya dengan cara membangun opini publik bahwa para pemuda di Indonesia masih balum mampu menduduki otoritas kekuasaan politis di Indonesia.

“Tawuran sudah jadi tradisi dari dulu”. Ungkap Adi alias cacing yang merupakan alumni dari SMA Negeri 4 Yogyakarta. Dari peryataan tersebut semakin menguatkan bahwa tawuran antar pelajar telah menjadi kegiatan yang sifatnya kultural pada tiap sekolah, terutama sekolah menengah. Kondisi tersebut memancing pertanyaan terutama dari sudut pandang sosiologis.

Menurut seorang sosiolog asal Jerman, Emille Durkheim, tindakan para pelajar dalam tawuran merupakan perilaku menyimpang atau deviance. Faktor penyebab deviance sendiri beraneka ragam sehingga diperlukan analisis dengan perspektif sosiologi konflik untuk menemukan upaya rekonsiliasi yang mampu mengamodasi permasalahan tersebut.

II. PERMASALAHAN

Permasalahan tersebut, seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bukan merupakan permasalahan yang baru saja muncul. Di salah satu kota besar di Indonesia seperti Jakarta misalnya, terdapat sekolah menengah di kawasan Bulungan, Jakarta Selatan yang sejak dahulu ‘rutin’ melakukan tawuran. Hingga kini sekolah tersebut menjadi buah bibir pelajar sekolah menengah di Jakarta. Dalam sekolah tersebut, tawuran tidak hanya terjadi antara sekolah tersebut dengan sekolah lainnya, tetapi juga sering terjadi perkelahian internal sesama pelajar di sekolah tersebut terutama yang bersifat senioritas.

Hal yang serupa terjadi pada pelajar sekolah menengah di Yogyakarta. Para pelajar di sebuah sekolah telah dapat membedakan mana sekolah yang menjadi ‘kawan’ serta mana pula yang menjadi ‘lawan’. Hal ini telah diturunkan dari suatu angkatan ke angkatan di bawahnya.

Permasalahan tawuran kini telah meluas lingkupnya hingga ke hal-hal yang sudah tergolong dalam lingkup kriminalitas. Hal ini karena dalam sebuah fenomena sosial pasti terdapat efek beruntun ataupun efek bersamaan. efek yang ditimbulkan tersebut diantaranya adalah pemerasan, penodongan, pembajakan angkutan umum hingga ke tindakan penculikan. Namun sayangnya, tindakan ini masih dianggap sebagai deviance dalam masyarakat. Deviance terjadi apabila tingkat penyimpangan yang diasosiasikan terhadap keinginan atau kondisi masyarakat rata-rata telah melanggar batas-batas tertentu yang dapat ditolerir sebagai masalah gangguan keamanan dan kenyamanan masyarakat.

Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari mesyarakat termasuk dinamika dan gejala-gejala yang terjadi didalamnya yang dapat ditangkap dan dianalisis.[1] Tawuran pelajar sekolah menengah yang terus mengalami perkembangan yang mengarah kepada tindakan kejahatan merupakan sebuah gejala sosiologis yang dapat dipelajari dan ditelusuri sebabnya. Terdapat pendapat yang mengatakan bahwa kejahatan merupakan fenomena yang selalu dihadapi oleh setiap masyarakat. Kejahatan tidak mungkin dihilangkan, tetapi kejahatan hanya dapat dikurangi intensitas dan kualitasnya.

Sekalipun hanya dikurangi, namun hingga kini belum ada upaya konkrit untuk mengatasi permasalahan tersebut. Akibatnya fenomena tersebut kini mengkristal menjadi hal yang bersifat sistemik. Hal ini disebabkan oleh berbagai macam alasan. Mulai dari kecemburuan sosial, altruisme berlebihan, bahkan sampai ke pembalasan dendam.

Ada pula anggapan yang menyatakan bahwa prosedur pendidikan di Indonesia juga berpengaruh terhadap koflik yang marak terjadi di Indonesia. Pendidikan di Indonesia cenderung memaksakan seorang pelajar untuk berpikir sesuai dengan kurikulum yang dibuat oleh pemerintah. Kurikulum tersebut cenderung mengeksploitasi kemampuan berpikir dari pelajar. Akibatnya para pelajar merasa dipenjara oleh fakta sosial pendidikan yang ada sehingga ingin melakukan hal yang menurut mereka di luar dari fakta sosial tersebut dan bersifat deviance.

Pendidikan sebenarnya hanyalah sekumpulan konsep dari rumus, teori, ujian, dan tidak lebih dari itu. Hal tersebut tidak dapat ditawar oleh pelajar dan akhirnya menciptakan kondisi yang mereka anggap sama diantara pelajar tersebut. Kemudian muncul ikatan kelompok yang cukup kuat seperti gank-gank ataupun sejenisnya, sehingga mendorong sikap altruistik di kalangan pelajar. Sikap altruistik menunjukkan ikatan yang terlalu kuat dengan kehidupan kolektif remaja tersebut. Wajib belajar 12 tahun telah berhasil mewujudkan sikap kolektivitas di kalangan remaja. Kolektivitas inilah yang pada akhirnya menjadikan sikap altruisme di kalangan remaja dan membentuk kelompok-kelompok. Pada kelompok-kelompok ini tawuran bisa terjadi oleh faktor spontanitas kolektif untuk membela ikatan mereka ataupun paksaan dikarenakan seorang pelajar dianggap sebagai pengecut oleh rekan-rekannya dalam lingkungan tersebut. Tidak jarang anggota kelompok yang lainnya memancing tawuran dengan alasan membalaskan dendam anggota kelompoknya.

Di sisi bersamaan, dalam melakukan tawuran biasanya para pelaku tawuran membutuhkan perlengkapan ataupun fasilitas yang lainnya. Tidak jarang mereka membajak angkutan umum untuk mobilitas mereka ke tempat mereka akan melakukan tawuran.

III. ANALISIS SUMBER KONFLIK

Dalam memahami dan mengkaji secara mendalam konflik antar pelajar di Indonesia, maka salah satu caranya adalah dengan menggunakan empat asumsi dasar tentang konflik. Asumsi dasar ini biasanya dijadikan dasar untuk pengembangan teori atau orientasi dalam melihat konflik sehingga dapat menemukan rekonsiliasi yang sesuai. Keempat asumsi dasar tersebut berlandaskan pada teori konflik dari Ralf Dahrendorf.

Asumsi dasar yang pertama adalah konflik terdapat dimana-mana. Berlandaskan asumsi ini dapat dipahami bahwa konflik antar remaja juga ada dimana-mana serta merupakan hal yang lumrah terjadi dalam masyarakat. Asumsi ini didasari karena sejak awal, manusia memang dilahirkan berbeda sehingga terkadang perbedaan tersebut sengaka ditonjolkan oleh beberapa pihak dan memunculkan konflik. Perbedaan tersebut akhirnya memunculkan persengketaan yang sarat akan kekerasan. Dalam persengkataan tersebut biasanya suatu pihak akan berusaha untuk menghilangkan hak orang lain bahkan sampai kepada hak hidup. Hal tersebut terbukti dengan adanya tawuran remaja yang berbeda kelompok yang tidak jarang berbuntut pada penghilangan nyawa seseorang.

Asumsi yang kedua adalah bahwa di dalam konflik diperlukan aktor-aktor untuk mendukung terjadinya konflik sosial tersebut. Selain aktor, ternyata terdapat juga skenario yang memang sengaja dibuat untuk mewujudkan konflik tersebut. Hal ini terbukti dari pernyataan yang menyatakan bahwa pihak-pihak alumni ataupun senior juga berperan dalam sebuah konflik yang terjadi dengan cara melakukan provokasi terhadap bawahannya.

Asumsi yang ketiga adalah bahwa konflik memiliki dampak perubahan. Perubahan tersebut dapat menjadi negatif, bahkan dapat pula menjadi positif. Sehingga terkadang ada pula pendapat yang menyatakan bahwa konflik memiliki dua sisi. Dalam kasus perkelahian antar pelajar di Indonesia, dampak negatif yang ditimbulkan adalah aksi kekerasan yang bersifat anarkis. Sedangkan dampak positifnya adalah semakin terintegrasinya sebuah kelompok tertentu.

Asumsi yang keempat adalah bahwa konflik dapat menyebar ke seluruh masyarakat. Terbukti bahwa dalam kasus ini, konflik yang pada awalnya hanya merupakan konflik antar individu, telah berubah menjadi konflik antar kelompok.

Sumber konflik

Dalam menganalisa sumber konflik, perlu diidentifikasi penyebab tersebut berdasarkan dimensi-dimensinya. Sumber konflik struktural berkaitan dengan kebijakan dan pengambilan keputusan yang salah, dari pemerintahan pusat kepada daerah. Hal tersebut sesuai dengan yang telah diuraikan sebelumnya bahwa kurikulum yang ditetapkan pemerintah juga turut serta dalam perwujudan konflik antar pelajar. Hal inni disebabkan karena para pelajar merasa terkekang dalam kurikulum yang telah mengeksploitasi waktu serta pikiran mereka. Walhasil, mereka akan melakukan upaya untuk terbebas dari aturan-aturan tersebut dengan melampiaskannya dalam konfrontasi fisik.

Dimensi yang kedua adalah dimensi kultural. Dilihat dari dimensi ini, konflik antar pelajar remaja telah menjadi adat dari remaja itu sendiri. Hal ini menciptakan suatu nilai dalam remaja bahwa yang tidak ikut dalam tawuran adalah remaja yang pengecut. Atas dasar inilah, para remaja menjadi bersikap militan terhadap kelompoknya sekalipun mereka tidak mengetahui sebab konflik itu terjadi.

“Sebab konfliknya tidak jelas. Biasanya dipanas-panasin sama senior”. Ungkap Jojo yang merupakan alumni dari SMA Negeri 1 Depok, Sleman. Ungkapan ini menguatkan pendapat bahwa tawuran juga memasuki dimensi kultural yang telah mengakar dalam kehidupan para remaja pelajar.

Dimensi yang ketiga adalah dimensi perilaku. Hal ini berkaitan erat dengan spek psikologis dari para pelajar remaja di Indonesia. Konflik sosial psikologis berkaitan dengan persoalan salah persepsi, stereotip, sikap yang negatif, bahkan hingga ke persoalan identitas kelompok dan daerah. Salah dalam persepsi mengambil jalan pintas akan menimbulkan stereotip, dan akhirnya stigmatisasi terhadap suatu kelompok terbentuk. Sementara itu, identitas kelompok yang mengeras dan ekslusif menimbulkan jarak dengan kelompok lain, dan amat mudah bergesekkan dan menimbulkan konflik.

Dimensi inilah yang dimanfaatkan oleh para provokator untuk menyulut konflik antar sekolah. Terkadang tujuan provokasi tersebut adalah hanya untuk mencari-cari kegiatan tawuran.

Dari ketiga dimensi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa permasalahan konflik antar pelajar bukan lagi hal yang bisa ditolelir oleh masyarakat. Sehingga dibutuhkan upaya rekonsiliasi secepatnya agar tidak muncul efek yang lebih besar lagi.

IV. REKONSILIASI

Dari uraian di atas, dapat diperoleh beberapa upaya rekonsiliasi untuk mengurangi konflik yang terjadi pada pelajar remaja. Namun upaya rekonsiliasi tersebut membutuhkan peran serta berbagai pihak dalam pelaksanaanya.

Dari segi struktural, upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menata ulang kurikulum pendidikan di Indonesia yang sesuai dengan kultur budaya di Indonesia. Hal ini dapat membuat siswa menjadi nyaman dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Apabila siswa merasa nyaman, maka mereka tidak akan mencari kegiatan lain yang dapat mencelakakan diri dan orang lain serta cenderung untuk tidak melakukan penyimpangan.

Dari segi kultural, upaya yang dapat dilakukan adalah pihak sekolah selaku institusi pendidikan harus mampu menciptakan suasana yang nyaman bagi siswa. Pihak sekolah juga harus mampu membuat kegiatan yang dapat mengisi waktu luang para siswanya. Dan yang terakhir, dari dimensi perilaku yaitu upaya yang dapat dilakukan adalah kontrol dari lembaga inti yakni lembaga keluarga. Dalam sebuah kelarga hendaknya terdapat hubungan yang komunikatif sehingga dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi di dalam anggota keluarganya.

V. REFERENSI

Francis, Diana. 2002. Teori Dasar Transformasi Konflik Sosial. Yogyakarta: Quills

Ritzer, George dan Goodman, Douglas J. 2008. Teori Sosiologi dari teori sosiologi klasik sampai perkembangan mutakhir teori sosial modern. Yogyakarta: Kreasi Wacana

http://titiandamai.org/konten.php?nama=Sumber&op=detail_sumber&id=10

http://www.scribd.com/doc/20775852/6-Tinjauan-Sosiologis-Dan-Politis-Tawuran-Pelajar-by-DN



[1] http://www.scribd.com/doc/20775852/6-Tinjauan-Sosiologis-Dan-Politis-Tawuran-Pelajar-by-DN

Senin, 03 Agustus 2009

Suksesi Hutan

Pada suatu hari di sebuah hutan yang jauh, jauh sekali (maksudnya dibikin mirip openningnya Star Wars)....
Masyarakat hutan lagi mau bikin pemilu nih ceritanya,, mereka agak bosen sama Singa yang jadi raja melulu. Udah gitu Singa suka belagak bijak lagi kalo lagi ngomong di depan umum. Tapi menurut jajaran mentrinya yang rata2 dijabat sama sesama hewan buas,, kepemimpinan Singa layak didukung,, sesuai mottonya: "Teruskan"....
Dalam sebuah sidang,,
"Selama ini kita sudah menempuh beberapa capaian,, walaupun tidak banyak tapi perut kita kenyang,, kantong kita tebel,, dapur kita ngebul,, masa bodo' sama rakyat...emang gue pikirin??", kata Singa si raja hutan.
"Bener banget tuh,, sumpeh loe??,, gaji kita yang segini mah kurang bro! ntar kalo kepilih lagi,, gaji kita naikin ya,, bilang aja sama rakyat kalo pemerintah lagi butuh operasional demi kelancaran tugas..." kata Buaya si juru bicara kerajaan.
"Setubuh!! eh,, Setujuh!! hahahaha gue suka gaya loe!! masalah ngomong ke rakyat mah cingcailah, loe kan jubir yang udah menjilat rakyat kesana kemari.. Inget ga waktu kita naikin harga Pupuk yang jadi BBM-nya hutan?? loe kan sukses bikin rakyat percaya sama kebijakan kita,, dasar Master Penjilat gyahakhakhakahahaha.....",, Singa ngakak....
Demikianlah kira2 kelanjutan sidangnya ....
Di sisi lain di sebuah kelompok Radikal bawah tanah yang membanggakan....
Hiduplah hewan2 yang selama ini disebut sebagai binatang kecil (inget!! bukan binatang jalang!!).
mereka lagi diskusi kebangsaan untuk membangun negeri hutan..
"Salam Radikal!! rekan-rekan semuanya...mulai hari ini kita harus lebih masif lagi buat perjuangin aspirasi rakyat banyak..." Kata Musang.
"gmana caranya" tanya Anjing..
".....ngngngngng...gmana kalo kita ajak temen2 yang baca blog ini buat ikutan diskusi bareng kita" kata musang.
"caranya??" tanya Tupai yang udah jadi temenya musang sejak smp (emang di hutan ada smp??)
"Gampang!! tinggal tulis komentar di blog ini,,ntar kita saring pendapatnya!! ini kan juga upaya mencapai good governance!!" kata Musang

to be continued sampe ada yang komen.......

Kamis, 21 Mei 2009

Salam Radikal !!!

20 Mei 2009 = 101 tahun kebangkitan nasional.
tapi apa hasilnya??
semakin hari kita kembali ke zaman feodalisme.si miskin tetap jadi miskin dan selamanya miskin karena dimiskinkan.orang bilang sih perubahan,tapi mana?? cuma akal-akalan para penguasa aja buat mempertahankan status quo. liat aja para penguasa kita yang ngakunya pemimpin bangsa!! mereka asik sendiri main "game" yang namanya PEMILU alias PEMbikin pILU..
bayangin kekayaan mereka ada yang sampe 1,7 triliun! tapi kita dapet apa?? kita malah dibegobegoin buat milih mereka. gw gatau loe pada mikir gimana, tapi gw pesimis sama orang-orang kekanakan yang jadi calon presiden besok.
bayangin aja,,kemiskinan meningkat,pengangguran smakin ngetrend, UTANG NAMBAH, IDEOLOGI UDAH GA DIPANDANG, APANYA YANG DILANJUTKAN??
ada lagi yang ga konsisten,,keluar dari partai pohon kribo terus bikin partai terus nyapres trus gagal eh malah koalisi sama partai pohon kribo lagi buat jadi cawapres. GA KONSISTEN AH!!
ada lagi yang dulunya pernah mipin dan dengan gobloknya 400 asset strategis bangsa dijual dengan alasan bayar utang,,la kok sekarang mau nyapres lagi...OWALAH....
hati-hati banyak pengusaha yang nyapres!!! kalo kata mbah Karl Marx sih ini namanya otoritas kaum borjuis..siap-siap untuk dieksploitasi BUNG!!
kapan sih pemuda bangsa ini BANGKIT?? GW BUTUH REKAN-REKAN perjuangan yang lebih banyak lagi buat bikin gebrakan. ga usah muluk-muluk buat demo di DPR/MPR deh..kita muali dulu buat ngasih pendidikan politik buat kaum yang dimiskinkan dan ditindas and orang-orang yang belom melek politik!!
jangan bilang kalo politik itu kotor!!yang BUSUK tuh oknumnya jadi udah waktunya sih kita-kita ini yang ambil kendali. daripada semuanya terlanjur...
21 mei 2009 = 11 tahun Reformasi...
apanya??
ga ada kemajuan yang berarti selama ini...yang ada malah orang-orang orde baru muncul lagi dan kesannya penguasa kita emang sebuah dinasti...bukan lagi republik kerakyatan sejati...
Bayangin kalo negri ini punya pemimpin yang emang berjuang untuk rakyat...gak ada lagi kesengsaraan,,kebodohan,,c
haos....
gw berharap kita bisa sama-sama jadi pemimpin yang mengemudikan haluan negara ini..
SO,,
WE NEED REVOLUTION !!!!!

Sabtu, 14 Februari 2009

APA INI YANG NAMANYA POLITIK ???

Gw bingung sama realita politik di Indonesia sekarang ini. Katanya negri ini "Bhineka Tunggal Ika" tapi nyatanya para politikus maen jegal-jegalan lewat iklan mereka...
Faktanya,,iklan yang mereka bikin itu pembodohan publik. Gimana enggak,,yang satu bilang pengangguran turun,,lainya bilang pengangguran meningkat. Mana yang bener???
Setau gw,,Politik itu asal katanya dari Policy yang artinya kebijakan. Apa yang kayak gini yang namanya bijak?? Kayaknya adek gw yang masih TK lebih bijak daripada ini deh.
Gimana mewujuskan persatuan Indonesia kalo penguasanya kayak gini semua?? Kenapa kita ga bareng-bareng satuin suara,,satuin daya dan upaya buat membangun Indonesia kita tercinta ini??
Bayangin deh kalo kita bersatu...gw yakin kita bakal jadi mercu suar dunia..
Oiya,satu lagi pesen gw...siapapun presiden yang kepilih nanti,,gw minta kita semua tetep nglakuin yang terbaik untuk Indonesia,, bukan buat presiden yang (mungkin) busuk yang kepilih nanti..
Gw bukan simpatisan Parpol,,Gw bukan antek penguasa,,Gw bukan caleg,,
Gw ini Bagus Prihantoro Nugroho seorang Putra Ibu Pertiwi,, Indonesia - ku !!!

Jumat, 12 Desember 2008

baca & kasih saran

gw gatau mesti mulai darimana....
gw harap sebelum baca blog gw satu ini lw baca blog gw sebelumnya...

awalnya gw masih bersih keras buat bikin dia kembali kayak dulu lagi...
gw smsin dia terus,,kasih comment ke fs nya,,nanyain kabarnya lewat temen2nya,,dsb..

ternyata gw egois ya...
apa yang udah gw perbuat??
gw makin bikin dia pusing,,gw cuma nambah bebannya,,
GW INI SAMPAH !!!!

Sekarang gw tau kalo dia bener-bener benci sama gw,,(well walaupun dia ga ngasih tau,,tapi gw masih tetep bisa ngerasain apa yang dia rasin kayak dulu)...
mungkin SAMPAH macem gw ga pantes lagi ketemu dia...

gw ga mau bikin dia tersiksa lagi...
biar gw aja yang tersiksa...

pernah gw mikir kalo gw bakal bunuh diri kalo dia "pergi"..
tapi bunuh diri terlalu cepet bakal nambah sedih orang-orang sekitar gw,,makanya gw pilih rokok yang pelan-pelan bikin paru-paru gw makin sempit..

yang gw mau adalah,,
dia bahagia...
dia ga terus-terusan ngebenci gw...
dia selalu dapet yang terbaik..
dan sekalipun di dunia ini gw ga bisa sama dia,,gw harap gw bisa sama dia di surga nanti..

makasih buat dia yang udah mengisi hidup gw dengan senyum..
sampai sekarang dia tetep matahari buat gw..
makasih buat orang-orang yang selalu coba buat bikin gw semangat walaupun sia-sia..

maaf mengecewakan semua pihak,,tapi ini keputusan gw...

Selasa, 04 November 2008

REALITA PENDIDIKAN DI INDONESIA

Pendidikan merupakan hal yang penting dalam pembangunan karena tanpa pengetahuan sebuah negara tak akan maju. Namun kenyataanya tidak semua rakyat Indonesia dapat menikmati pendidikan sebagaimana mestinya. Jutaan anak putus sekolah bahkan sampai tahun 2000, lebih dari enam juta jiwa anak usia sekolah tidak mampu menyelesaikan pendidikan tingkat dasar1, ribuan gedung sekolah ambruk2 bahkan digusur, mafia pendidikan merajalela, serta jutaan anak yang bahkan tidak bersekolah lantaran orang tua mereka tidak mampu sehingga takut menyekolahkan anak-anak mereka. Ada apa gerangan dengan pendidikan di negri ini? Apakah negara belum mengatur masalah ini? Ataukah ulah pejabat sekarang yang berkhianat dari aturan yang ada?
Sebenarnya sejak didirikanya negara ini sudah dibuat aturan mengenai pendidikan, yaitu pada Pancasila, pembukaan UUD 1945 alinea 4 serta pasal 31 UUD 1945. Dalam Pancasila sila kelima yang berbunyi “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” telah menerangkan bahwa seharusnya setiap warga negara Indonesia memeroleh pendidikan. Sedangkan pendidikan merupakan jalan untuk mencapai salah satu tujuan negara yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa seperti terdapat pada pembukaan UUD 1945 alinea keempat.
Dalam pasal 31 UUD 1945 ayat 1 menjelaskan tentang hak warga negara atas pendidikan. Ayat ini berarti warga negara tidak perlu terbebani oleh pendidikan. Namun kenyataanya banyak warga negara Indonesia yang putus sekolah seperti yang diutarakan penulis sebelumnya.
Dalam ayat 2 disebutkan bahwa pemerintah wajib membiayai pendidikan. Adakah terlaksana? Kenyataanya pendidikan masih menjadi beban masyarakat. Pendidikan di Indonesia belum sepenuhnya gratis.
Sedangkan ayat 3 menerangkan bahwa negara menyelenggarakan sistem pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun apakah sistem yang berulang kali dirombak ini telah mencapai kesuksesan? Bicara sistem, seorang peneliti pendidikan menemukan bahwa rata-rata setiap murid SD mulai kelas 3 sampai 6 dalam kurun waktu empat bulan mempelajari buku-buku yang bila ditimbang beratnya 43 kilogram3. Bayangkan, apakah ini sistem yang mencerdaskan? Justru menambah pengeluaran para orang tua.
Dalam ayat 4 menyatakan bahwa negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari APBN. Seharusnya dengan angka seperti itu pendidikan di Indonesia dapat lebih maju daripada sekarang. Namun faktanya di setiap daerah terdapat otonomi daerah yang memiliki kebijakan untuk memotong subsidi pendidikan.
Ayat 5 menerangkan bahwa pemerintah memajukan IPTEK dengan nilai-nilai agama dan persatuan bangsa. Ayat ini bermaksud bahwa sistem pendidikan tidak akan memecah persatuan bangsa. Realitanya semakin kompleksnya sistem yang dibuat pemerintah justru mengakibatkan individualitas bertambah. Betapa tidak, setiap sekolah hanya dituntut nilai yang berupa angka bagi output sekolahnya. Akibatnya setiap murid disibukan dengan berbagai jenis bimbingan belajar ataupun les. Di sisi lain ribuan kasus tawuran antar pelajar masih mewarnai dunia pendidikan di Indonesia. Inikah persatuan?
Membahas masalah – masalah pendidikan yang ada seharusnya kita juga memikirkan juga solusinya. Yang petama adalah merealisasikan anggaran pendidikan sebesar 20 % dari APBN. Hal ini mengantisipasi adanya penyelewengan anggaran. Kedua, seharusnya pemerintah menarik pajak dari perusahaan – perusahaan swasta untuk dialokasikan ke pendidikan. Ketiga, seharusnyapemerintah lebih gencar dan tegas bagi oknum-oknum yang menjadi mafia pendidikan. Keempat, jika memang pemerintah tidak mampu sebaiknya rakyat turun tangan dengan cara turut berkontribusi dalam penyelenggaraan pendidikan.
Sebuah negara semestinya memerhatikan masalah pandidikan. Kebodohan hanya akan mengakibatkan sebuah negara semakin terpuruk. Penulis berharap agar suatu saat nanti Indonesia dapat merealisasikan pendidikan yang dapat dinikmati semua rakyat Indonesia. Tentunya hal tersebut dapat dicapai apabila seluruh rakyat dan juga para penyelenggara negara memahami secara menyeluruh dan mengamalkan Pancasila dan UUD 1945.
1 Kompas 18 November 2000
2 Sebanyak 400 gedung sekolah di DKI Jakarta rusak. Gedung-gedung itu tidak pernah direhabilitasi sejak dibangun. Namun, pada tahun 2008, APBD DKI Jakarta hanya menganggarkan dana untuk melakukan perbaikan total atas 21 sekolah. Anggaran pendidikan terbagi untuk berbagai subsidi dan bantuan. (http://202.146.5.33/kompas-cetak/0801/08/metro/4147905.htm)
3Lih Kompas 17 Agustus 2003

Sabtu, 01 November 2008

SUMPAH MAHASISWA INDONESIA!!

"Kami Putra dan Putri Indonesia bersumpah untuk terus berjuang dan berkarya dengan segala daya demi terciptanya Indonesia berdaulat dan sejahtera demi bhakti kami kepada negeri" Yogyakarta,28 Oktober 2008